Google Webmaster Tools; Agriculture, Biotechnology
Pertanian memainkan peran yang semakin penting dalam ekonomi berbasis hayati, yakni menyediakan bahan baku untuk produksi bahan bakar cair, bahan kimia, dan bahan-bahan canggih, seperti komposit serat alami untuk industri, selain fungsi utamanya yang konvensional yaitu menyediakan pangan dan pakan. Munculnya industri hijau memberikan peluang yang yang lebih luas pada sektor perdesaan di luar kehutanan tradisional yaitu untuk penyediaan kayu. Ilmu biologi memiliki kemampuan untuk melakukan peningkatan efisiensi secara bertahap dan untuk membawa perubahan radikal dalam berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Peranan ilmu biologi tersebut termasuk dalam produksi enzim, fermentasi dan organisme untuk proses dan produk dalam industri energi, kimia, farmasi, makanan, tekstil, serta pulp dan kertas.
Di samping itu, ilmu biologi dan ilmu tentang material yang bekerja sama dalam pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor energi, komposit serat alam, dan pati. Sebagian besar potensi ini sudah direalisasikan, terutama ketika mempertimbangkan pertumbuhan yang cepat dari sektor bahan bakar hayati (biofuel). Pada saat ini, etanol sudah lazim diproduksi dari bahan baku yang asalnya dari pertanian yang mudah difermentasi seperti tebu, bit gula, biji-bijian sereal dan ubi kayu. Biodiesel diproduksi dari minyak nabati (biasanya rapeseed, kedelai dan minyak kelapa sawit) menggunakan proses modifikasi kimia yang disebut tranesterifikasi. Perkembangan produksi bahan bakar nabati cair telah bertambah dua kali lipat dengan cepat dari 68,3 juta ton pada tahun 2006 menjadi 130 juta ton pada tahun 2011. Produksinya saat ini menggunakan bahan baku yang diproduksi dari lebih dari 45 juta ha lahan. Ekonomi berbasis hayati yang berkembang didasarkan tuntutan untuk memenuhi efisiensi energi, stok pakan terbarukan dalam produk polimer, proses industri yang mengurangi emisi karbon dan bahan daur ulang. Produksi serat alami merupakan contohnya Misalnya, untuk menanam agas menhasilkan satu ton serat rami membutuhkan kurang dari 10 persen energi yang digunakan untuk produksi polipropilen untuk menghasilkan serat sintetis Pemrosesan sisal menghasilkan residu yang dapat digunakan dalam biokomposit untuk membangun rumah atau dibakar untuk menghasilkan listrik. Pada akhir siklus hidupnya, serat alami 100 persen dapat terurai secara hayati, dengan demikian jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan serta sintetis Serat alami memiliki sifat penting, yakno kekuatan mekanik, berat rendah dan biaya rendah, yang membuatnya sangat menarik bagi industri otomotif. Pabrikan mobil menggunakan abaca, rami, dan serat dari sabut kelapa dalam panel termoplastik cetak-tekan untuk komponen interior. Kepadatan rendah serat tanaman juga mengurangi berat kendaraan, yang mengurangi konsumsi bahan bakar. Di seluruh dunia, industri konstruksi beralih ke serat alami untuk berbagai produk, termasuk dinding struktural ringan, bahan insulasi, penutup lantai dan dinding, serta atap. Di antara inovasi terbaru adalah blok semen yang diperkuat dengan serat sisal yang sekarang sedang diproduksi di Tanzania dan Brasil. Di India, kekurangan kayu yang semakin meningkat untuk industri konstruksi telah memacu pengembangan papan komposit yang terbuat dari serat rami dan serat sabut, yang kandungan ligninnya tinggi, dan telah terbukti membuatnya lebih kuat dan lebih tahan terhadap pembusukan daripada kayu jati. Di Eropa, serat rami digunakan bersama semen dan membuat papan partikel berratnya setengah dari berat papan berbasis kayu. Geotextile adalah bentuk produk lain yang menjanjikan bagi produsen serat alami. Terbuat dari serat alami yang keras, material ini memperkuat kinerja tanah dan mendorong pertumbuhan tanaman dan pohon, yang memberikan penguatan lebih lanjut. Industri ekstrak pati dari tepung yang berasal dari sereal dan umbi-umbian telah mengembangkan bahan tersebut menjadi produk yang digunakan sebagai bahan dan suplemen dalam makanan fungsional, pakan dan non-makanan. Ada lebih dari 600 pati dan derivatifnya yang berbeda-beda, mulai dari pati asli hingga pati yang dimodifikasi secara fisik atau kimia, gula cair dan padat. Industri pati menggunakan teknologi enzimatik untuk hidrolisis, yang memainkan peran penting dalam pengembangan industry kimia hijau sebagai alternatif untuk menggantikan produk berbasis bahan bakar fosil. Misalnya, di sektor kimia, pati digunakan untuk produksi surfaktan, poliuretan, resin, plastik dan farmasi yang dapat mengalami biodegradasi. Ketika difermentasi, pati digunakan dalam produksi asam sitrat, asam laktat, asam amino, asam organik, enzim, ragi dan etanol. Aplikasi berbasis hayati lainnya yang melibatkan produk pati meliputi pengikat, pelarut, biopestisida dan pelumas. Ekonomi beberlanjutan berbasis pertanian yang berkembang pesat, terutama yang menghasilkan bahan bakar cair, memang telah menyebabkan adanya debat “makanan versus bahan bakar”. Hubungan antara industri hayati dan ketahanan pangan sangat kompleks dan bersifatmulti-dimensi. Untuk memastikan pengembangan berkelanjutan dari sektor hayati menjadi menantang ketika orang mencoba untuk menangkap manfaat potensial pertanian dan industri hayati ini dalam kaitan dengan pembangunan perdesaan, menghadapi perubahan iklim dan keamanan non-pangan. Misalnya, pertumbuhan yang cepat dan skala yang besar dari sektor biofuel memiliki potensi implikasi negatif terhadap keempat dimensi ketahanan pangan (ketersediaan, akses, stabilitas, dan pemanfaatan), karena dapat mengakibatkan peningkatan persaingan untuk sumber daya tanah dan air, yang mengarah pada harga pangan yang meningkat dan kurang stabil. Namun, pada saat yang sama, hal itu dapat menciptakan lapangan kerja baru, peluang yang menghasilkan pendapatan, dan investasi dalam teknologi produksi. Peluang ini terutama bias terjadi di negara-negara dengan lahan marginal yang berlimpah dan iklim yang kondusif untuk produksi bahan baku, di mana lahan seperti itu akan terlalu mahal biayanya untuk dikembangkan bagi budidaya tanaman pangan. Peluang yang demikian itu ada, misalnya, di negara-negara Amerika Latin, Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara. Indonesia juga perlu menyambut perkembangan di dunia dalam penggali peluang pertanian danindustri berbasis hayati sebagaimana diuraikan sebelumnya. Pertanian masa depan tidak hanya berfungsi yang berkaitan dengan produksi pangan, sandang, bahan bangunan, tetapi juga bahan industri, obat-obatan dan energi. Di samping itu peranan pertanian akan menyangkut aspek yang lebih luas lagi, seperti produksi udara bersih dan oksigen, serapan CO2 (perdagangan karbon), estetika lansekap, air bersih dan agrowisata. Petani dan pengusaha tani dengan demikian harus lebih jeli melihat kesempatan-kesempatan yang ada untuk memproduksi barang dan jasa. Mereka harus mampu melihat pertaniannya sebagai sesuatu yang multi-fungsi. Pemerintah da swasta juga harus menciptakan kondisi yang baik bagi berkembangnya pertanian berbasis hayati serta mengembangkan SDM (khususnya pengusaha tani) yang kompeten untuk berusahatani yang berbasis hayati. Bacaan: www.Naturalfibres2009.org/en/index.html; www.europabio.org/Industrial_biotech; www.fao.org/bioenergy
0 Comments
Leave a Reply. |